Langsung ke konten utama

kerupuk kulit pangsit

Sore hari tahun 2009. Sore hari yang sangat mudah untuk diingat lekat-lekat. langit mendung membawa suasana menjadi sedikit seram. Tampaknya air hujan hampir jatuh ke daratan, tetapi sore itupun sama dengan sore beberapa hari sebelumnya, sejuk dengan sedikit tiupan angin sepoi sebelum hujan. Ibu tidak di rumah, masih di tempat kerjanya, begitupun ayah, yang sedang menghadiri acara pertemuan di rumah pak RT. selain ayah dan ibu, semua orang ada di rumah. sibuk sendiri-sendiri. 

Sore yang dingin itu perlahan membawa sepoi angin yang membuat daun kering pohon kiara payung di depan rumah berguguran, beberapa jatuh di teras rumah. mbah yang tidak pernah habis energinya mulai menyapu teras ditemani sapu lidi yang ikat rafianya hampir putus. setelah beberapa ayun sapuan, berulang kali pangkal sapu lidi dirapikan di pahanya. kalian pasti bisa memahaminya. dengan terbungkuk-bungkuk, aku bisa menyaksikan dari ruang tamu, dedaunan yang disapu sampai ke halaman rumah kami yang menyatu dengan halaman sekolah mulai terkumpul menjadi satu gunungan daun berwarna kuning kecoklatan. ya, rumah ini adalah rumah dinas untuk guru PNS seperti ayah. 

Berbeda cerita, mbak ku di ruang tengah sedang mengerjakan tugas kuliahnya dengan komputer yang monitornya masih berbentuk kubus dengan layar cembung. di sampingnya ada televisi yang juga masih berbentuk kubus sedang menyala menayangkan tayangan berita sore hari. di ruangan yang sama juga ada meja yang bisa dibuka-tutup menjadi meja belajar, di sampingnya terdapat kasur yang biasa menjadi tempat untuk menonton televisi. di samping itu, mas berada di ruangan samping bekas ruang tamu yang disulap menjadi kamarnya. sore yang tenang dan sedikit dingin itu membuat perut sedikit berontak. mbak teringat, di antara belanjaan ibu ada kulit pangsit yang belum diolah. beberapa waktu terakhir memang ibu sering menjadikan kulit pangsit menjadi jajanan inti kami. ditinggalkannya pekerjaan di komputer dan langsung bersiap untuk mengolah kulit pangsit itu. aku yang dari tadi hanya melamun menonton mbah menyapu halamanpun tertarik dan ingin membantu mbak di dapur. mbak mulai menyiapkan alat dan bahan yang ia perlukan untuk mengeksekusi kulit pangsit itu, dan ya, aku berujung menjadi penonton saja. mbak hanya mengolah separuh dari semua kulit pangsit di kulkas, mungkin takut terlalu banyak dan nanti ibu mencari-cari kemana perginya kulit pangsit yang ia beli di melijo dekat rumah pagi tadi. bisa-bisa jadi perkara karena dikira bu melijo belum memasukkan kulit pangsit ke kantong belanja. kulit pangsit dipotong menjadi empat potongan secara diagonal, sehingga kulit pangsit menjadi berbentuk segitiga. kulit pangsit itu kemudian dimasukkan ke dalam minyak di wajan yang sudah dipanaskan di atas api mendidih. kulit pangsit dapat diangkat setelah warnanya kecoklatan. akhirnya jajanan itu dimasukkan ke dalam satu toples ukuran kecil, mengingat jumlahnya yang hanya sedikit. mbak lalu membawanya sebagai temannya mengerjakan tugas di samping komputer. sebenarnya semua boleh ambil, tidak ada tulisan "dilarang ambil" di toples yang ia gunakan. aku di samping mbak pun ikut memakan kulit pangsit yang renyah dengan rasa asin karena taburan garam ini. mbah masih duduk di luar sejenak beristirahat setelah menyapu seluruh halaman. 

Mas yang mendengar kerenyahan kulit pangsit lalu mendekati toples dan membawanya ke kamarnya. kaget. tidak sopan. pikirku. akhirnya setelah beberapa menit, kulit pangsit itu dikembalikan. mbak menerima dengan sewajarnya dan meletakkannya di meja. sedikit terdengar membanting toples. tapi aku salah kira, tangannya hanya tidak bisa memegangnya dengan baik karena masih fokus ke monitor. tiba-tiba ujuk-ujuk, mas yang tadinya santai jadi tidak santai. "Kenapa?! Nggak terima?!?" katanya. 

Hari itu juga ditampilkan di depan mataku, amarah besar yang menyeramkan. Seketika gitar kesayangan mas hancur, diikuti senar-senarnya yang putus. Satu persatu barang lainnya juga dilempar ke arah kami. Tidak sedikit, banayak barang yang hanccur. Mbak hanya bisa bingung sembari melanjutkan mengerjakan tugas. Tangisan ku pecah sembari berlari ke arah mbah dan ditenangkannya aku saat itu. Bingung. Semua tertegun. Diam.

Tidak lama, terlihat ibu dan ayah datang di waktu yang hampir bersamaan. Mendapati lorong di dalam rumah yang sudah penuh dengan barang-barang yang sudah tidak berbentuk. Ibu hanya bisa pasrah, seperti biasanya, diam. Lain hal dengan ayah, amarahnya memuncak. Berteriak sampai ke atas tenggorokan, seperti biasanya. Kacau. Sore itu benar-benar terasa gelap dan membingungkan untukku. Mungkin ini gambaran yang jelas, bagaimana orang-orang di sekitarku, bagaimana sebagian besar suasana di dalam rumahku. Saat aku hidup dan tumbuh sebagai ayu kecil, anak perempuan bungsu yang terpaut 10-11 tahun dengan mas dan mbaknya saat itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Puccinia graminis

  Puccinia graminis Penyebab Penyakit Karat Daun Oleh: Ayu Nabilah Ramadhani 185040200111123 Mikologi Pertanian Kelas B (FAO, 2010)         Jamur di Filum Basidiomycota mudah dikenali di bawah mikroskop cahaya oleh tubuh buah berbentuk klub yang disebut basidium yang merupakan pembengkakan hifa yang menjadi sel terminal. Jamur ini biasa ditemukan sebagai penyebab penyakit karat pada tanaman gandum. Adapun klasifikasi dari Puccinia graminis adalah sebagai berikut. Kingdom        : Fungi Phylum            : Basidiomycota Subphylum     : Pucciniomycotina Class                 : Pucciniomycetes Order                : Pucciniales Family               : Pucciniaceae Genus                : Puccinia Species             : Puccinia graminis           (CABI, 2020)                Puccinia graminis  (Cont.  P. graminis )  dapat ditemukan di sebagian besar wilayah di dunia, baik inangnya rumput liar atau tanaman budidaya serealia.  Jamur penyebab penyakit tanaman ini b erpotensi menjadi masalah yang